Posts Subscribe to (PUT YOUR BLOG NAME HERE)Comments

Senin, 08 Maret 2010

Manusia Mars

7 Oktober, 2007
Hari ini adalah hari peringatan 200 tahun Jaman Luar Angkasa. Disetiap sudut lorong dek dapat ku lihat replika satelit Sputnik-1 berbentuk bola berdiameter enam puluh sentimeter dengan empat buah kaki sebagai satelit yang menjadi simbol peringatan ini. Aku tidak ingat pasti mengenai sejarah kuno Gaia, bila aku tidak salah satelit buatan itu milik sebuah negara di masa planet itu masih disebut Bumi. Negaranya bernama Uni Soviet atau mungkin sesuatu seperti itulah. Aku sendiri lupa.

Oya, namaku Dirilian. Aku dilahirkan di daerah selatan tepatnya di Sektor 13 Hellas Planitia, pada tahun 2137 Gaia. Benar. Kami masih mengacu pada perhitungan waktu menggunakan waktu Gaia, walau rotasi planet pucat itu hampir dua kali lebih cepat dari pada Mars. Dengan mengikuti perhitungan satu kali rotasi planet Gaia, satu tahun disana hanya 365 hari, sedangkan dengan perhitungan yang sama Mars membutuhkan waktu 687 hari untuk melakukan satu putaran mengelilingi matahari. Jadi bisa dikatakan, bila mengikuti tahun Gaia umurku sekarang sudah mencapai dua puluh tahun, sedang bila mengikuti perputaran tempat kelahiranku, aku masih remaja belasan tahun.

Asal muasalku, sama seperti semua manusia yang aku kenal, memang berasal dari Planet Gaia. Dari sejarah yang ku pelajari di sekolah dulu, pada tahun 2035 Gaia terjadi migrasi besar – besaran penghuni planet Gaia, atau yang dulu disebut Bumi itu, berpindah ke planet Mars. Migrasi ini dikarenakan meningkatnya suhu planet itu yang menyebabkan seluruh es di kutub – kutub planet Gaia mencair dan memenuhi lautan hingga akhirnya menutupi seluruh daratan disana. Aku sendiri mengetahui bentuk laut yang berupa kumpulan air berwarna biru hanya dalam gambar – gambar saja, karena kami tidak memiliki air sebanyak itu di Mars, tidak ada laut disana. Sepuluh tahun kemudian, Gaia yang sebelumnya juga disebut sebagai Planet Biru oleh penduduknya, telah berubah menjadi Planet Pucat karena hingga kini seluruh permukaannya tertutup dengan es. Ternyata perubahan yang terjadi pada planet Gaia juga mempengaruhi tingkat gravitasi disana yang melonjak terlalu tinggi, sehingga satelitnya yang bernama Luna, atau bila tidak salah dulu bernama Bulan itu tertarik hingga hanya berjarak beberapa kilometer (aku lupa jarak tepatnya) dari lapisan atmosfir Gaia. Beberapa tahun yang lalu sempat ada teori yang mengatakan Luna akan bertumbukan dengan Gaia, tetapi teori itu tidak pernah terbukti. Malah sekitar dua puluh tujuh tahun yang lalu manusia kembali menginjakan kaki di planet itu untuk misi ekspedisi pencarian Gas Xenon yang diperlukan sebagai bahan bakar mesin ion. Dan mulai saat itu jugalah Gaia bagai menjadi planet tambang bagi manusia. Padahal, setahuku, salah satu alasan mengapa Bumi dulu berubah nama menjadi Gaia, karena manusia berusaha menyesali peran nenek moyang mereka terhadap perusakan Bumi dan berusaha menciptakan perdamaian dengannya. Suatu awal baru dari perputaran yang sama?

Semenjak tiga tahun lalu, aku sudah bertugas di ISS Eros, sebuah stasiun luar angkasa yang berada di antara orbit Mars dan Gaia. Aku disini bertugas sebagai teknisi yang khusus menangani mesin gravitasi. Stasiun ini sendiri baru mengorbit sekitar empat tahun yang difungsikan sebagai wahana persinggahan pesawat pengangkut maupun penumpang dari dan menuju Gaia. ISS Eros hanya berawakan tujuh puluh delapan orang saja, termasuk stasiun kecil apalagi bila dibandingkan dengan ISS Aegis yang memiliki awak sebanyak dua ratus delapan puluh orang dan pasukan militer hingga seribu tentara (ISS Aegis memang diperuntukan sebagai basis pertahanan dari ancaman penghuni planet lain yang mengutip hasil penelitian dicurigai berasal dari orbit Mu Arae). Aku pernah ditempatkan di ISS Aegis selama enam bulan. Teknisi mesin gravitasi saja di ISS Aegis mencapai jumlah belasan orang, sedangkan kami disini hanya memiliki empat orang termasuk aku. Dan itupun masih ditambah pekerjaan memperbaiki mesin ion untuk shuttle-shuttle yang mengalami masalah ketika merapat ke Eros. Namun kami sangat senang setiap kali ada pesawat dari Gaia yang singgah. Sayangnya mereka hanya setiap setengah putaran Phobos saja tiba disini. Itu pun tak pernah lama. Tapi kami selalu menyempatkan mendengar cerita pengalaman mereka selama di Gaia, terutama cerita – cerita tentang es yang terbentuk dari air itu. Kami juga memiliki kutub es di Mars, tetapi bahannya berbeda karena terbentuk dari karbondioksida yang membeku. Cerita paling menarik yang pernah aku dengar, es di Gaia bila dicairkan dengan panas yang cukup, maka airnya bila diminum akan memiliki rasa yang khas yang tidak dapat ditemukan dalam minuman jenis apapun di Mars. Tapi sejauh yang aku pernah temui, hanya ada tiga orang saja yang pernah mencoba benar – benar meminumnya. Itu pun secara sembunyi – sembunyi. Karena bila tidak, pastilah mereka akan segera dikarantina oleh tim medis. Penelitian terakhir menyatakan kandungan mineral dalam es maupun cairan di Gaia memungkinkan organisme – organisme jahat hidup didalamnya. Itu pula sebabnya, semua manusia yang masuk dan keluar dari Gaia akan selalu melewati pengecekan kesehatan menyeluruh secara ketat.

Semua cerita – cerita yang aku dengar tentang Gaia selalu membangkitkan imaginasi petualanganku. Itulah sebabnya, jika aku mempunyai waktu kosong diantara pekerjaanku, aku akan lebih senang duduk dikamarku menghadap ke jendela yang kebetulan bisa aku lihat Gaia dari situ. Anganku pun mulai melayang, membayangkan berbagai petualangan – petualangan seru di Gaia seperti cerita orang orang yang telah menginjakan kakinya disana. Hingga aku terpaksa menghentikan hayalan itu karena pekerjaan atau mulai tertidur.

***

Saat itu aku sedang berada di gudang material, baru saja aku selesai menginventarisir jumlah persediaan nitrogen yang digunakan sebagai materi pendingin pipa-pipa berilium pembangkit tenaga mesin gravitasi. Tenaga mesin ini memang dirancang untuk didapat dari dua sumber; daya listrik yang dihasilkan pembangkit bertenaga nuklir dan sebuah pembangkit lainnya yang menggunakan mesin ion sebagai tenaga cadangan. Pipa berilium sendiri hanya digunakan pada pembangkit tenaga bermesin ion, yang bisa dikatakan, sangat jarang sekali digunakan.

Aku baru saja selesai meng-upload data dari tabletku ke database utama ketika seorang temanku mengatakan ada sebuah transporter shuttle yang memiliki masalah dengan mesin pendorongnya, bergerak merapat ke shuttle dock 16. Sambil mengikuti langkahnya dia menjelaskan bahwa dua mesin ion pendorong sebelah kanan shuttle model DSX301 tersebut mengalami kebocoran saluran gas xenon.

Setibanya di shuttle dock 16, melalui jendela besar bulat dihadapanku dapat kulihat kelihaian pilot shuttle itu mengendalikan pesawat yang sudah kehilangan kedua pendorong kanannya. Shuttle itu hanya bergerak dengan dua mesin ion disebelah kiri. Jika pilotnya tidak cukup lihai mengendalikan titik keseimbangan pesawat, maka dapat dipastikan shuttle itu akan berputar-putar. Terlintas dalam pikiranku, pilot pesawat itu pastilah pilot yang sudah sangat berpengalaman mengendalikan pesawatnya dalam berbagai kondisi.

Tapi aku sangat terkejut setelah shuttle itu berhasil merapat, ternyata pilot yang membuatku terkagum dengan caranya terbang itu kembali membuatku terkagum dengan wujudnya. Seorang perempuan muda, mungkin seumur denganku, dengan tubuh yang begitu indah terbungkus baju perak mengkilat. Kedua kakinya begitu panjang dan seimbang dengan otot paha yang terlihat begitu kuat menopang pinggulnya yang berisi dan pinggang mencekung, hingga menampilkan dadanya sebagai pusat keindahan, ditambah dengan buah dada bulat ketat, tidak begitu besar tapi juga tidak kecil. Benar – benar seimbang. Dan wajahnya, seolah memancarkan cahaya yang lebih terang dari cahaya yang terpantulkan baju berwarna peraknya itu. Dagunya putih sedikit meruncing dan pipinya begitu mulus kemerahan, hidungnya meninggi namun mungil membulat diujungnya, diantaranya tergolek sebuah bibir tipis yang terlihat basah memerah, tak perlu tersenyum, tampak begitu indah dan mempesona. Rambutnya hitam legam pendek membulat diujungnya dengan poni yang bagai tirai indah menghiasi keningnya, menambah kecantikan matanya yang begitu bulat dan hitam dengan pandangan yang dalam, mantap menusuk-nusuk hati laki-laki yang bertumbukan mata dengannya. Sungguh keindahan bagai gambaran dewi-dewi kuno yang dituliskan dalam kisah-kisah pada masa Gaia. Gerakan tubuhnya saat berjalan mendekat bagaikan putaran kumparan dengan gaya magnet yang begitu besar menangkap dan menawan kesadaranku. Mataku tak terkendali, mematikan fungsi cerebal cortex-ku. Aku terpaku.

“Dirilian, bisakah kau membantuku dengan mesin ion dipesawatku?”

“Oh..maaf. Darimana kau tahu namaku?”

“Mmm..kamu baik-baik saja? Aku bisa membaca namamu di tulisan yang tertempel dibajumu itu. Selain itu, teman-temanmu mengatakan, kau, Dirilian, adalah teknisi mesin gravitasi dengan mesin ion terbaik disini. Apakah itu cukup menjelaskan?” dia menjawab dengan penuh canda. Suaranya begitu manis mengalir seolah langsung mengalir kedalam hatiku.

“Oh..ya..tentu saja.. Ya, tentu.” Aku menjawab sekenanya dengan kalimat yang baru aku sadari sangat menunjukan rasa malu dan gugup. Semakin memastikan warna merah dimukaku yang aku rasa semakin menjalar kesetiap sudut wajah.

“Hihi… Kamu lucu. Terima kasih untuk sambutannya, juga untuk niatmu membantu memperbaiki pesawatku, walau kau masih saja berdiri disini..”

Aku semakin gugup, “…eee…eh, iya. Aku akan segera memperbaikinya.” Jawabku sambil ekor mataku berkeliling mencari teman-temanku yang ternyata sudah menghilang entah kemana.

“Hahaha… Maaf, aku hanya bercanda. Aku membutuhkan beberapa barang. Setelah aku mendapatkannya, aku akan segera menyusulmu. Mmm…kamu akan berada dipesawtku itu kan?” tanyanya dengan semakin penuh goda membuatku semakin salah tingkah.

“Oh..pasti. Ya, tentu. Pesawatmu itu disitu.”

Ah, apa yang aku bicarakan. Bodohnya!

Dengan tertawa seolah membawa berjuta kemenangan dia berlalu. Tapi beberapa langkah, dia berbalik dan mengatakan sesuatu.

“Oya, namaku Maureen. Sampai bertemu nanti…” tersenyum sesaat, kemudian kembali berjalan meninggalkanku yang masih saja terpancang ditempatku berdiri.

Bodohnya!

***

Sudah dua hari aku bekerja berdua saja dengan Maureen memperbaiki shuttle-nya. Teknisi lain, teman-temanku itu seolah sengaja, selalu menghindar jika aku ajak membantuku dengan alasan ini itu. Mungkin juga karena mereka tahu perasaanku pada Maureen yang semakin hari semakin menyukainya. Maureen seperti biasa masih saja menggoda aku. Tapi aku sekarang sudah lebih mampu mengendalikan otak dan mulutku dalam bereaksi dengan segala candanya. Tapi tetap saja, masih sering kudapati mataku terpaku pada keindahan tubuhnya saat Maureen tidak memperhatikan. Perempuan itu… sungguh indah benar ia.

Hari ini kami berencana mencoba menerbangkan Dawn Space Transporter yang diterbangkan Maureen. Karena kurangnya beberapa suku cadang di Eros, ada beberapa hal yang kami coba akali hanya agar ia bisa terbang dengan selamat sampai di Mars. Itu juga yang menyebabkan perbaikan mesinnya cukup lama. Tapi bagiku sendiri, aku menikmati saja kebersamaan dengannya. Bila bisa, akan aku hancurkan shuttle-nya itu agar ia terjebak selamanya denganku. Tapi itu hanya salah satu pikiran bodohku saja!

Berhasil. Setelah melakukan beberapa kali simulasi dan pengecekan pada sistem, tidak ada masalah yang ditemui.

“Kamu siap, Maureen?”

“Kenapa tidak? Selama ada kamu disini, aku merasa aman dan yakin akan berhasil. Lagipula, kalau terjadi malfunction kan aku tinggal meminta kamu memperbaikinya saja. Betul tidak?”

Wajahnya sempat merona saat mengatakan itu. Ah… merasa aman jika ada aku.

Tapi sudahlah, lebih baik aku segera menyuruhnya menerbangkan shuttle ini.

Kami begitu gembira ketika jerih payah kami selama dua hari berbuah keberhasilan. Shuttle ini bisa terbang kembali dengan keempat mesin ion-nya untuk beberapa menit. Selama itu mataku tetap tertuju pada semua monitor sistem, tidak ada indikasi kesalahan. Aku bangga sekali, bukan hanya karena pekerjaanku berhasil, tapi karena aku bisa menunjukan kualitas dan kepandaianku didepan Maureen.

Setelah berhasil kembali menempel dengan shuttle dock dan mematikan mesin, kami merayakannya dengan tertawa selepasnya. Tak kuduga, tiba-tiba Maureen melompat kearahku sambil memeluk aku. Tapi karena aku terkejut, aku tidak mampu menahan tubuh kami dan terjatuh. Kami masih tertawa, hingga tiba-tiba tanpa diperintah kami berhenti tertawa dan saling lekat berpandangan. Tubuhnya masih diatas tubuhku saat wajahnya mendekat, semakin dekat, dan bibir kami bersentuhan. Bagai oksigen murni yang memenuhi otakku, aku merasa begitu tenang sambil bibirku terus melumat bibirnya. Semakin lama semakin panas dan berkeringat, kamipun mulai saling melucuti pakaian kami. Lalu tak lagi ada keraguan dalam hati dan pikiranku, semua terjadi, dengan desah-desah penuh nikmat yang terkadang diselingi cakaran tangannya dipunggungku. Hingga akhirnya tubuh kami bergetar hebat dipenuhi nikmat, saling berpelukan erat, dan kembali berciuman. Begitu lelah, kami tertidur, berpelukan, masih telanjang.

Entah apa yang telah dikatakan Maureen pada pimpinanku, tapi aku sangat gembira ketika keluar dari ruangan pimpinanku itu. Aku baru saja ditugasi untuk mengawal Maureen kembali ke Mars. Aku bahkan tidak terlalu menyimak saat Maureen menceritakan bahwa ia membohongi pimpinanku dengan mengatakan ada material dari Gaia yang sangat penting dalam shuttle-nya yang harus segera tiba di Mars untuk diselidiki. Karena shuttle-nya belum berhasil seratus persen diperbaiki, ia meminta agar aku diijinkan menemaninya selama penerbangan. Tapi seperti yang aku katakan, aku tidak terlalu menyimak dan tidak peduli. Yang kupedulikan hanyalah aku akan menghabiskan waktu beberapa hari bersama Maureen sebelum aku kembali ke Eros. Aku terlalu bahagia.

Dan hari ini pun kami berangkat disaat semua orang sedand asik menikmati pesta perayaan hari peringatan 200 tahun Jaman Luar Angkasa. Setelah kembali melakukan simulasi terakhir untuk memastikan semua sistem tidak mengalami masalah, kami segera manjauhi ISS Eros. Seolah tak sabar, Maureen segera memasukan koordinat tujuan kami dan menyalakan pengendali otomatis. Kami pun kembali bercinta dilantai kokpit, bahkan hingga beberapa kali. Hingga suara komputer pesawat menyadarkan kami.

“Anda akan segera memasuki atmosfir Mars dalam lima menit. Anda tidak dapat menggunakan pengendali otomatis saat memasuki atmosfir. Matikan kendali otomatis dan nyalakan kembali saat anda sudah memasuki lapisan atmosfir. Terima kasih.”

Maureen segera bangkit setelah mengecup bibirku dan mengenakan pakainnya. Aku mengikuti sambil sempat berbuat nakal dengan meremas pantatnya lalu menciumnya saat ia tersenyum. Perempuan ini benar – benar telah menawan jiwaku. Dalam hati aku berjanji akan memintanya untuk hidup bersama sesampainya di Mars nanti. Dan aku juga sudah bertekad tidak akan lagi melanjutkan pekerjaanku di Eros yang membosankan itu. Aku ingin berkelana bersama perempuan pujaanku ke celah – celah gunung es di Gaia.

***

Lamunanku terhentak. Tidak biasanya transporter shuttle seperti Dawn Space Transporter ini mendarat di Arsia Mons, apalagi kulihat pesawat ini mendekati Annie Cave, gua terbesar dari tujuh gua di Arsia Mons. Aku sering mendengar, bahwa daerah ini dikuasai oleh gerombolan pemberontak yang ingin menguasai Gaia untuk kepentingan mereka. Terutama dengan tingginya kandungan gas xenon disana. Dan baru saja saat aku hendak mencari Maureen dan menanyakan alasannya mendarat disini, saat sebuah benda bulat dingin mendarat keras di belakang kepalaku. Aku tak sadarkan diri.

Aku terbangun ketika guyuran dinginnya air menerpa wajahku, dan dengan beberapa tamparan yang sangat membuat wajahku terasa perih kemudian mengembalikan kesadaranku. Aku sempat terkejut ketika menemukan aku terduduk dikursi dengan tangan dan kaki terikat dan dihadapanku berdiri beberapa manusia dengan senjata sambil merokok menyesakan udara ruangan yang cukup kecil ini. Yang lebih mengagetkan aku, ada tiga sosok mahluk yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Tapi aku pernah membaca tentang mereka. Awalnya aku tidak percaya mahluk – mahluk dengan tubuh hampir transparan ini ada. Ya, transparan. Bahkan aku hampir bisa menyebutnya tembus pandang, dari kepala hingga kaki. Jaringan otot – otot mereka dapat aku lihat jelas, bergetar setiap kali mereka bergerak. Persis seperti kecebong yang pernah aku lihat hologramnya di sekolah dulu. Tangan mereka panjang, hingga melewati lutut mereka saat berdiri tegak. Jarinyapun hanya tiga pasang berbentuk pipih. Mata mereka begitu dalam tanpa kelopak, nyaris terlihat bagai lobang dikepala mereka. Sedari tadi aku yakin tidak melihat mereka menggerakan mulut, tapi mereka dapat berkomunikasi dengan manusia – manusia itu, bahkan dengan menggunakan bahasa kami. Terlintas dikepalaku sesaat, sepertinya mereka adalah mahluk dari orbit Mu Arae yang pernah aku baca gambarannya dari sebuah artikel. Tapi itu hanya sesaat, perhatianku segera beralih ke salah satu manusia yangmendekat dan duduk di ujung meja tepat disebelahku.

“Dirilian, kami adalah GLA, Gaia Liberation Army yang berjuang untuk melepaskan Gaia dari kehancuran karena pertambangan yang dilakukan manusia. Dan mereka itu adalah kaum Achnock dari planet Armuenth di orbit Mu Arae.”

Ternyata benar, mahluk – mahluk itu nyata.

Dan kemudian, manusia itu mulai mengatakan maksudnya menahan aku. Dia mengharapkan aku bergabung dengan mereka karena mereka memerlukan orang yang pernah bekerja dengan mesin ion untuk pembangkit tenaga mesin gravitasi di ISS Aegis. Rencana mereka, adalah menghancurkan ISS Aegis sebagai benteng pertahanan manusia.

Aku akui, aku hanyalah pengecut. Tidak pernah terbayang dibenakku keinginan untuk menjadi seorang pahlawan. Tapi membayangkan aku mensabotase mesin ion seperti yang mereka inginkan, membayangkan saat elektron – elektron ditembakan pada pasokan gas xenon yang akan menyebabkan semburan ion yang hanya dalam hitungan detik akan melebur Aegis, dengan semua manusia bahkan anak – anak didalamnya, aku memilih untuk mati saja. Dan kalimat itulah yang terakhir keluar dari mulutku sesaat sebelum salah satu mahluk Achnock menyentuhku dan mengalirkan sesuatu yang terasa bagai beberapa kilowatt listrik menjalar ketubuhku, aku kembali tak sadarkan diri.

Dan kembali, mereka membangunkan aku dengan guyuran air dimukaku. Kali ini, mereka telah menanggalkan pakaian louse-ku (diambil dari kata kutu busuk yang menghasilkan cairan hangat yang berisi larutan hidrogen peroksida 25 persen untuk menanggulangi rendahnya suhu di Mars). Aku menggigil. Aku merasa telanjang. Kini disebelahku terduduk Maureen dengan kaki dan tangan terikat, mata tertutup sebuah kain hitam, dan mulutnya disumpal kain merah. Aku tidak mengerti, mengapa kini Maureen juga menjadi sasaran. Hingga manusia tadi mendekati telingaku dan membisikan kebenciannya padaku karena telah meniduri kekasihnya, Maureen. Aku melirik perempuan itu. Ada darah beku bekas menetes di dahi kanannya. Aku marah. Tapi tidak ada satu hal pun yang dapat aku lakukan. Bahkan ketika aku tetap menolak bergabung dengan GLA, dan manusia jahanam itu menembak kaki kiri Maureen. Tapi perempuan itu sangat hebat, hanya sekali teriakan yang diikuti caci maki pendek saja yang keluar secara tertahan dari mulutnya, tanpa ada tangisan. Ya, perempuan itu tidak menangis.

Aku bimbang. Haruskah aku membiarkan manusia – manusia di ISS Aegis mati untuk menyelamatkan Maureen. Tapi aku juga bimbang, apakah mereka benar – benar akan membunuh Maureen bila aku tidak mengikuti keinginan mereka. Maureen adalah salah satu dari mereka, malah, kekasih manusia bejat dihadapanku ini.

Belum selesai aku berpikir, satu tembakan phaser kembali dilontarkan. Kali ini melubangi kepala Maureen. Aku terdiam, aku tak mampu berkata. Aku terlambat menyelamatkan Maureen. Aku tetap terdiam bahkan ketika mereka menarikku dan mencampakan aku keluar bangunan. Sedetik kemudian kurasakan karbondioksida cair yang tiba – tiba muncul ke permukaan menyembur menghantam tubuhku, menyebabkan temperatur turun bisa hingga -107°C dan memaksa nyawaku keluar dari raga. Aku diam menyaksikan tubuhku hancur berkeping ketika jatuh ke permukaan.

Tetapi sesaat kemudian kebahagiaan itu kembali menghampiriku, ketika Maureen tiba – tiba menggandeng tanganku. Dan kami melayang, tinggi…

Categories



Widget by Scrapur

0 komentar:

Posting Komentar

 

bruce lee tips

Dark Side Blogger Template

virtual sonic

Dark Side Blogger Template

Dark Side Blogger Template Copyright 2009 - Rizki blog is proudly powered by Blogger.com Edited By Belajar SEO